Sabtu Siang Menunggu Bus Transjakarta
Jakarta, 8 September 2012 — Tengah hari bolong. Saya baru saja mau naik bus Transjakarta di halte Kuningan Madya. Namun, bus tersebut hanya diam di depan halte. Mogok rupanya. Seorang petugas menyarankan kami, “Ibu, bapak, maaf busnya mogok. Sebaiknya naik bus yang ke arah dukuh atas dan naik bus di halte Setiabudi.”
Tetapi sesampai di halte tersebut kami melihat bus trasjakarta keluar jalur busway dan tidak berhenti di halte itu. Tentu kami kecewa. Pak Amin (37) yang bersama keluarganya sengaja naik bus Transjakarta karena ingin liburan ke Kebun Bintang Ragunan pun marah. Dia menegur petugas di halte tersebut, “Pak, gimana ini? Tadi di sana kami disuruh pindah ke mari, tapi sampe sini malah busnya keluar jalur ga berenti di sini.”
“Sabar Pak,” petugas itu coba menenangkannya. “Kami akan atasi secepatnya,” seraya mengambil telepon genggamnya dan menelpon entah siapa.
Kemarahan Pak Amin sangat wajar. Sebab waktu yang sengaja dia luangkan untuk berlibur bersama keluarganya terbuang sia-sia. Jelas yang dibutuhkan penumpang bus Trasnjakarta adalah pelayanan yang baik. Namun, makin hari pelayanan itu kian berkurang. Dari kondisi bus yang sudah kurang bagus dan mulai sering mogok hingga lambat atau lamanya kedatangan bus pun sering menjadi keluhan penumpang.
Lama menunggu, seorang ibu berkerudung yang sejak tadi tampak kesal menghampiri seorang petugas. Sementara terik mencemooh keluh kesah kami menunggu bus datang. Bu Nadia (45) bertanya pada petugas tersebut dengan nada marah, “Pak busnya mana? Kok nggak datang-datang.”
“Tenang bu. Sebentar lagi ya. Kami lagi menunggu konfirmasi,” jawabnya. Sedang kekecewaan seperti bertumpuk-tumpuk di wajah ibu itu. Juga beberapa penumpang yang lain.
Sebenarnya solusi bus Trasnjakarta cukup baik dalam mengatasi kemacetan yang telah menjadi semacam penyakit di Jakarta. Seandainya saja pelayanan dan kondisi bus baik, pasti banyak pemilik kendaraan pribadi yang biasa menggunakan mobil atau motor mereka untuk berkantor akan beralih menaiki bus Transjakarta. Sebab tidak seorang pun yang betah dengan macet. Tetapi, kondisi pelayanan dan kendaraan yang masih belum prima itu yang membuat mereka berfikir dua kali.
Akhirnya bus Transjakarta yang kami tunggu datang. Tetapi, lagi-lagi kekecewaan menghantam penumpang-penumpang yang sudah menunggu sejak tadi. Sebab bus itu sudah penuh dengan penumpang di dalamnya. Dengan terpaksa mereka masuk sambil menggerutu. Sementara saya hanya diam mematung. Menunggu bus yang lain seraya merenung, kapan ibu kota ini bisa tertata rapi. (Dhankoe)