Catatan Kecil Tentang Buku Batavia, Kisah Kapten Woodes Rogers & dr. Strehler
Sejarah tidaklah harus bermula dari hal-hal yang besar. Hal kecil sekalipun bisa menjadi bagian dari sejarah. Itu yang dikatakan Hendry Ch Bangun, Wapemred harian Warta Kota pada peluncuran buku Batavia, Kisah Kapten Woodes Rogers & dr. Strehler, karya Frieda Amran di Museum Bank Mandiri, Rabu 31 Oktober 2012 lalu. Berawal dari rubrik Wisata Kota Tua, maka buku yang merupakan penceritaan kembali penulis buku tersebut terhadap catatan Kapten Woodes Rogers hadir untuk menggambarkan jika hal kecil sekalipun bisa menjadi bagian dari sejarah.
Mungkin kita lupa dengan hal-hal sepele, semacam pertanyaan-pertanyaan berikut, berapa lama sih orang-orang Belanda berlayar ke negeri ini dulu; apa makanan mereka selama berlayar; atau gimana sih kalau ada yang meninggal selama perlayaran tersebut. Berawal dari pertanyaan ringan yang mungkin kita lupakan dan kita acuhkan dibandingkan pertanyaan-pertanyaan besar semacam, berapa lama negeri ini dijajah dan alasan apa yang melatarinya, atau apa yang menyebabkan perjanjian Linggarjati terjadi, dan lain sebagainya yang sering kita dengar dari guru-guru sejarah selama kita bersekolah.
Dalam buku yang tidak terlalu tebal, Frieda Amran menggambarkan bagaimana perjalanan orang-orang Belanda menuju Batavia menyusuri lautan luas, suasana Batavia pada abad ke 18 dan kehidupan masyarakatnya ketika itu dengan bahasa yang sederhana dan pengungkapan yang ciamik. Kita disajikan sebuah cerita yang menarik layaknya membaca novel. Bukan buku sejarah yang kaku dan menjemukan. Di sinilah menariknya buku ini, bukan hanya karena mengungkapkan hal-hal yang kecil tapi sebenarnya juga kita perlu ketahui, melainkan juga cara penyampaiannya yang menarik dan menggugah pembaca untuk membacanya hingga akhir.
Terkait dengan sejarah, khususnya sejarah di Jakarta, tentu buku ini cukup memberi masukan berarti bagi kita semua. Apalagi buku ini diambil dari sumber data utama yang memang cukup banyak di Belanda, tempat Frieda Amran menetap saat ini. Seperti kita ketahui, banyak naskah-naskah bersejarah di negeri ini ada di sana. Wajar pula jika Frieda Amran memanfaatkan data-data di sana sebagai rujukan terhadap tulisan-tulisannya di rubrik Wisata Kota Tua pada harian Warta Kota. Namun, yang patut kita hargai adalah pilihannya untuk mengungkapkannya dengan penyampaian yang tidak seperti kebanyakan buku sejarah yang sering kita baca di sekolah-sekolah, sehingga masyarakat awam yang tidak suka sejarah juga bisa menikmati buku tersebut dengan menyenangkan.
Kembali pada sejarah Ibu Kota Indonesia ini, sebenarnya masih banyak yang belum kita ungkap dan masih menjadi misteri yang cukup besar bagi kita sendiri. Bukan hanya tentang Batavia dan bagaimana orang-orang Belanda ke kota ini seperti yang diungkapkan Frieda Amran dalam bukunya tersebut, melainkan masih banyak hal-hal lain yang patut kita teliti dan ungkapkan dari masa lalu kota yang sudah sejak lama terkenal hingga mendapat julukan “Quen of East” ini (MD).