Sejarah Festival Palang Pintu Kemang
Awal tahun 1950-an, kawasan Kemang merupakan tanah perkebunan.Disini banyak dijumpai pohon Kemang (Mangifera Kemangcaecea) sehingga kemudian kawasan ini dikenal dengan sebutan itu. Tahun 1960-an, mulai berkembang permukiman yang ditinggali oleh penduduk Betawi. Selain mengolah kebun,orang-orang Betawi juga ada yang bekerja sebagai peternak dan sebagian lainnya memproduksi tahu.
Posisi Kemang yang strategis menjadi incaran orang-orang asing dan kaum ekspatriat untuk dijadikan tempat bermukim yang terjadi pada awal tahun 1970-an.Masuknya para pekerja asing itu diikuti dengan pertumbuhan layanan kebutuhan bagi mereka seperti hotel, restoran, kafe, dan tempat hiburan lainnya yang berkembang di awal tahun 1980. Bila malam hari, suasana glamour sangat terasa di kawasan ini, terutama pada akhir pekan. Karena itulah kemudian masyarakat Betawi perlahan mulai tergusur dari Kemang. Mereka yang tersisa biasanya hanya tinggal di gang-gang kecil di kawasan Kemang.
Adalah Padepokan Manggar Kelape, pusat kebudayaan Betawi di kawasan Kemang yang merintis digelarnya Festival Palang Pintu, festival ini bertujuan untuk mengembalikan budaya Betawi di kawasan Kemang. Meski pada awalnya sulit berkembang di tengah budaya barat, namun secara perlahan misi mereka diterima di tengah masyarakat, khususnya warga negara asing di kawasan Kemang.
Festival Palang Pintu Kemang merupakan agenda rutin tahunan yang telah digelar sejak tahun 2006, selain untuk memeriahkan dan memelihara suasana budaya betawi di kawasan Kemang juga sekaligus menjadi pembuka perayaan ulang tahun ibukota Jakarta setiap tahunnya. Dalam festival ini tak hanya menampilkan adu pantun dan silat jagoan palang pintu tetapi juga menampilkan banyak kesenian Betawi lainnya seperti gambang kromong dan lenong. Selain itu juga terdapat banyak stan kuliner, seperti kerak telor, dodol Betawi, dan makanan khas Betawi lainnya.
~…:Berbagai Sumber:..~
Gambar: republika.co.id