Sejarah Ojek Motor Di Jakarta
Istilah ojek atau ojeg bermula sekitar awal dekade 60-an di daerah pinggiran Jakarta. Saat itu ada seseorang yang menggunakan motor gede dengan memboncengkan orang lain di jok belakang. Orang ini yang kemudian hilir mudik mengantar-jemput orang ke berbagai lokasi di pinggiran Jakarta. Setiap orang yang melihatnya menjulukinya dengan “naik Oto duduk ngajejek”, kemudian diakronimkan menjadi ojek.
Sedangkan versi lain, “ojek” berasal dari kata “obyek”. Pada pertengahan tahun 60-an kehidupan ekonomi masyarakat di Jakarta begitu sulit. Orang tidak bisa hidup hanya mengandalkan gaji. Karena itu orang harus mempunyai sumber penghasilan yang lain; berdagang, menjadi perantara, dan sebagainya. Pada masa itu melakukan pekerjaan sampingan terkenal dengan istilah “mengobyek”, karena seringnya jasa antar jemput dengan motor digunakan sebagai transportasi untuk mencari obyekan lama kelamaan menjadi ojek.
Sebagai sumber penghasilan di Jakarta, profesi pengojek motor terekam dalam sebuah film produksi tahun 1983 berjudul “Sama Gilanya” yang mengangkat kisah tukang ojek yang bernama Beno (diperankan oleh Benyamin S.), yang menjalin asmara dengan gadis nyentrik bernama Euis. Dalam film tersebut motor yang digunakan oleh Beno secara gamblang diberi papan bertuliskan ojeg.
Nama Jakarta atau Djakarta dimata negara-negara yang berada di kawasan Afrika Barat seperti Mali dan Senegal dikenal bukanlah sebagai ibukota Republik Indonesia, namun sebagai kendaraan bermotor roda dua, hal ini terjadi karena pada era 80 sampai 90-an banyak motor diimpor dari Jakarta. Bahkan di kota Tivaouane, Senegal, “Djakarta” dijadikan alat transportasi berbayar atau bisa disamakan dengan ojek.
Ojek motor semakin berkembang mulai tahun 1990 seiring adanya pelarangan becak oleh Wiyogo Atmodarminto yang merupakan Gubernur Jakarta saat itu. Kehadiran becak sebagai transportasi di ibukota dianggap tidak cocok dengan pengembangan Jakarta sebagai ibukota yang modern. Sedangkan ojek motor seolah menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kota sebagai pengurai kemacetan dan penghemat waktu di perjalanan untuk sampai ke tujuan.
~..:Berbagai Sumber:..~
Gambar: SHnews.co